Tren Leisure

Akankah K-Pop Berhasil Terobos Benteng Grammy Award?

  • Selama bertahun-tahun, Grammy Awards telah menjadi benteng yang sulit ditembus oleh musik K-pop, namun kini tembok itu mulai menunjukkan celah.
Konser BLACKPINK, 5-6 Juli 2025, Goyang Sports Complex, Provinsi Gyeonggi.
Konser BLACKPINK, 5-6 Juli 2025, Goyang Sports Complex, Provinsi Gyeonggi. (YG Entertainment)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Selama bertahun-tahun, Grammy Awards telah menjadi benteng yang sulit ditembus oleh musik K-pop, namun kini tembok itu mulai menunjukkan celah.

Dilansir dari The Korea Times, dengan beberapa artis K-pop berhasil meraih nominasi besar di ajang Grammy Awards ke-68 mendatang, perhatian dunia kini tertuju pada kemungkinan bahwa ini bisa menjadi titik balik bagi genre tersebut.

Pada Jumat, 7 November 2025, Recording Academy mengumumkan daftar final nominasi untuk ajang penghargaan yang akan digelar pada Februari mendatang di Crypto.com Arena, Los Angeles.

Bahkan sebelum pengumuman resmi, lagu “APT.” milik Rosé dan “Golden,” yang merupakan bagian dari soundtrack film animasi Netflix KPop Demon Hunters, sudah diprediksi akan menjadi pesaing kuat. Kedua lagu tersebut akhirnya berhasil masuk dalam kategori-kategori utama.

Kolaborasi Rosé dengan Bruno Mars, “APT.,” meraih nominasi untuk Song of the Year, Record of the Year, dan Best Pop Duo or Group Performance. Sementara itu, “Golden” dari soundtrack KPop Demon Hunters mendapatkan lima nominasi, termasuk Song of the Year.

Ini merupakan pertama kalinya lagu K-pop masuk nominasi Song of the Year maupun Record of the Year, dua kategori yang termasuk dalam bidang utama (General Fields).

Sebelumnya, BTS sempat tercantum sebagai bagian dari album Music of the Spheres milik Coldplay pada tahun 2023, namun tidak berhasil memenangkan penghargaan.

Kini, perhatian industri musik tertuju pada apakah “APT.” atau “Golden” dapat mencetak sejarah sebagai artis K-pop pertama yang meraih kemenangan di kategori tersebut.

Rose BLACKPINK masuk nominasi Grammy Awards. (Instagram Rose)

Artis Korea lainnya juga turut masuk dalam daftar nominasi. Girl group KATSEYE, hasil kolaborasi antara HYBE dan Geffen Records, mendapatkan nominasi untuk kategori Best New Artist dan Best Pop Duo or Group Performance.

Selain itu, musikal orisinal Korea Maybe Happy Ending, yang sebelumnya memenangkan enam penghargaan Tony, berhasil masuk nominasi untuk kategori Best Musical Theater Album.

Grammy Awards, yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1959, dianggap sebagai salah satu dari empat ajang penghargaan musik terbesar di Amerika Serikat.

Berbeda dengan Billboard Music Awards atau American Music Awards, Grammy lebih menekankan pada nilai musikal dan artistik, dengan para pemenang dipilih langsung oleh anggota Recording Academy.

Namun, ajang ini telah lama menuai kritik karena dianggap lebih memihak artis kulit putih serta mengabaikan perempuan dan artis berkulit berwarna. Julukan “white Grammys” pun telah melekat pada acara ini selama beberapa dekade.

Bagi dunia K-pop, tantangannya bahkan lebih besar. BTS sempat mendapatkan nominasi untuk kategori Best Pop Duo or Group Performance selama tiga tahun berturut-turut, dari 2021 hingga 2023.

Meski media internasional memprediksi peluang besar untuk menang, grup tersebut terus-menerus gagal meraih penghargaan.

Selain BTS, belum pernah ada artis K-pop lain yang berhasil masuk nominasi, dan di antara empat ajang penghargaan musik terbesar di Amerika Serikat, Grammy tetap menjadi satu-satunya yang belum pernah memberikan kemenangan kepada artis K-pop.

Munculnya beberapa lagu yang terkait dengan K-pop di kategori utama tahun ini sudah menjadi sebuah terobosan tersendiri.

Harapan yang semakin besar bahwa mereka bisa menang membuat momen ini terasa semakin berarti. Kemenangan di Grammy bisa menjadi tonggak baru bagi ekspansi global musik K-pop.

Situasinya kini tampak lebih mendukung dibanding sebelumnya. Dalam ajang terakhir, Beyoncé menjadi artis kulit hitam pertama yang memenangkan Album of the Year, sementara Kendrick Lamar membawa pulang lima penghargaan, termasuk Record of the Year dan Song of the Year.

Dengan adanya tanda-tanda bahwa Grammy mulai berusaha melepaskan diri dari bias historisnya, harapan pun muncul bahwa musik K-pop tidak akan lagi diabaikan.

Beberapa pengamat mencatat bahwa para nominasi tahun ini, Rosé, soundtrack KPop Demon Hunters, dan Katseye, semuanya merupakan artis pop berbahasa Inggris dengan keterkaitan kuat pada pasar Amerika.

Dalam konteks itu, mungkin masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa K-pop telah sepenuhnya mencapai posisi sejajar dalam bentuk aslinya.

Meski begitu, nominasi-nominasi ini tetap menjadi jejak penting bagi industri K-pop. Dinding Grammy yang dulu tampak tak tertembus kini mulai retak.

Sejauh mana retakan itu akan melebar, dan apakah akhirnya akan membuka jalan menuju kemenangan bersejarah, kini menjadi pertanyaan yang menarik perhatian dunia.

Apakah KATSEYE merupakan grup K-pop?

Grup vokal perempuan HYBE, KATSEYE, yang mendapat dua nominasi Grammy termasuk kategori Best New Artist, memicu perdebatan mengenai apakah mereka seharusnya dikategorikan sebagai grup K-pop atau grup pop asal Amerika Serikat, menurut laporan Yonhap News.

Debut pada tahun 2024 setelah melalui proses audisi global yang ketat, enam anggota multinasional KATSEYE menjalani pelatihan di bawah sistem trainee khas K-pop. Namun, mereka sepenuhnya bernyanyi dalam bahasa Inggris dan beraktivitas utama di Los Angeles.

Dilansir dari Times of India, para anggota KATSEYE berasal dari latar belakang yang beragam, Yoonchae merupakan satu-satunya anggota asal Korea, sementara Daniela, Lara, dan Megan berasal dari Amerika Serikat, Manon dari Swiss, dan Sophia dari Filipina.

Mereka menjalani pelatihan bergaya Korea yang ketat, mencakup latihan dance sinkron, evaluasi bulanan, serta kegiatan promosi yang melibatkan penggemar, semuanya menyerupai sistem khas industri K-pop.

Lagu-lagu berbahasa Inggris mereka seperti Gabriela dan Gnarly sukses menembus tangga lagu Billboard dan mengantarkan mereka tampil di berbagai festival besar di Amerika Serikat.

Di komunitas penggemar K-pop, pendapat terbelah terkait bagaimana seharusnya KATSEYE dikategorikan. Sebagian menganggap mereka sebagai grup idola yang telah “ter-Baratkan” atau bahkan sekadar “cosplay K-pop.” 

Sementara yang lain berpendapat bahwa pelatihan dan gaya mereka yang terinspirasi dari K-pop justru melahirkan genre hibrida baru.

Idol senior seperti Hyoyeon dari Girls’ Generation dan Changsub dari BtoB juga mengungkapkan kebingungan mengenai identitas grup tersebut dalam sebuah acara YouTube, mencerminkan ketidakjelasan yang dirasakan luas di kalangan publik dan industri.

Media Amerika Serikat menampilkan pandangan yang beragam mengenai KATSEYE. CBS memuji kualitas produksi khas K-pop serta perpaduan budaya global yang mereka tawarkan, sementara CNN enggan menyebut mereka sebagai grup K-pop dan lebih memilih istilah “grup global.”

Para kritikus pun memperdebatkan apakah nominasi Grammy yang mereka peroleh mencerminkan globalisasi K-pop di arus utama, atau justru menandakan identitas pop yang semakin berorientasi pada Amerika.

Kisah KATSEYE menyoroti dinamika baru dalam musik pop global dan menantang batasan tradisional K-pop, seiring genre ini terus melampaui asal-usulnya di Korea Selatan.