Tren Leisure

Agen+62: Film Komedi yang Jadi Senjata Edukasi untuk Lawan Judi Online di Indonesia

  • Disutradarai oleh Dinna Jasanti dan diproduksi oleh Orchida Ramadhania, Agen+62 bukan sekadar hiburan biasa. Film ini menggabungkan komedi, aksi, dan pesan moral yang dalam tentang bahaya judi online (judol) yang kini menjelma jadi penipuan digital massal.
Foto_2_cb1eb288de.jpg

JAKARTA - Bahaya judi online kini makin nyata, merambah kehidupan pribadi masyarakat dan memperlambat langkah besar menuju inklusi keuangan nasional. Tapi ada yang beda kali ini—bukan lewat seminar atau kampanye formal, tapi melalui film komedi aksi berjudul Agen+62 yang hadir sebagai media edukasi kreatif, menggandeng teknologi finansial dan industri perfilman dalam satu misi besar: melawan judi online.

Disutradarai oleh Dinna Jasanti dan diproduksi oleh Orchida Ramadhania, Agen+62 bukan sekadar hiburan biasa. Film ini menggabungkan komedi, aksi, dan pesan moral yang dalam tentang bahaya judi online (judol) yang kini menjelma jadi penipuan digital massal. 

Film ini juga melibatkan Rieke Diah Pitaloka sebagai pemeran utama, yang dikenal vokal terhadap isu-isu sosial.

Edukasi Anti-Judi Online Lewat Komedi? Kenapa Tidak!

Dalam sebuah talk show bertajuk Kolaborasi Lawan Judi Online – Perspektif Film dan Teknologi, berbagai pihak dari dunia film, pemerintah, hingga fintech berkumpul untuk membahas pentingnya sinergi dalam mengedukasi masyarakat. 

Hadir dalam diskusi tersebut adalah Orchida Ramadhania (Produser Agen+62), Rieke Diah Pitaloka (Pemeran Utama), Teguh Arifiyadi (Direktur Pengawasan Sertifikasi dan Transaksi Elektronik Kementerian Komunikasi dan Digital), serta Olavina Harahap (Director of Communications DANA Indonesia).

Menurut Orchida, pendekatan komedi sengaja dipilih karena humor adalah bahasa yang paling mudah diterima masyarakat Indonesia. “Komedi itu bentuk resiliensi kita sebagai bangsa. Lewat tawa, kita bisa membicarakan hal-hal sulit dengan lebih ringan,” ujarnya melalui pernyataan tertulis yang diterima TrenAsia, dikutip Jumat, 4 Juli 2025.

Senada dengan Orchida, Rieke menambahkan bahwa seni adalah alat paling ampuh untuk membangun kesadaran publik. “Isu seberat judi online nggak bisa hanya diselesaikan oleh satu atau dua institusi negara. Semua pihak harus terlibat—termasuk pelaku industri keuangan seperti DANA,” tegasnya.

DANA Buktikan Komitmen Lewat Edukasi dan Teknologi

Sebagai platform teknologi keuangan yang aktif dalam pemberantasan judol, DANA Indonesia tak tinggal diam. Selain menutup dan melaporkan akun-akun yang terlibat dalam transaksi mencurigakan, DANA juga terus mengedukasi publik dengan menggandeng berbagai mitra, termasuk insan perfilman.

Olavina Harahap, selaku Director of Communications DANA Indonesia, menyampaikan bahwa pendekatan lewat film seperti Agen+62 adalah cara baru yang lebih efektif untuk membuka mata masyarakat. 

“Kita ingin masyarakat sadar bahwa judi online itu bukan sekadar permainan—ini penipuan digital yang merusak masa depan finansial,” katanya.

Baca Juga: Kebocoran Data dan Rekening Dormant: Target Empuk Sindikat Judi Online

Tak hanya edukasi, DANA juga menghadirkan fitur DANA Protection yang dilengkapi Scam Checker—alat untuk mengecek nomor atau link mencurigakan. Fitur ini bahkan sudah digunakan oleh lebih dari 6 juta pengguna setiap bulannya. 

Selain itu, teknologi baru seperti Smart Friction juga dikembangkan untuk memberikan peringatan jika pengguna mencoba mengirim uang ke nomor yang terindikasi penipuan.

“Dengan fitur ini, pengguna bisa lebih waspada dan terlindungi. Kita juga rutin melakukan patroli siber dan sudah melaporkan lebih dari 8.000 konten perjudian ke Komdigi selama 2025,” tambah Olavina.

PPATK: Lebih dari 11 Juta Pemain Judi Online di 2025

Data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan bahwa pada kuartal pertama 2025 saja, jumlah pemain judi online di Indonesia sudah mencapai lebih dari 11 juta orang. 

Modus penipuan ini menyusup ke berbagai platform digital, dan yang paling mengkhawatirkan, anak muda jadi target utama.

Karena itulah, Agen+62 dikemas dengan pendekatan yang menyenangkan. Film ini bukan hanya menghibur, tapi juga menyentil dan menyadarkan, terutama generasi muda, bahwa mereka sedang diincar oleh penipuan yang mengatasnamakan permainan.

Pemerintah Tekankan Pentingnya Kesadaran Kolektif

Teguh Arifiyadi dari Kementerian Komunikasi dan Digital menyebut bahwa judi online bukan cuma masalah hukum, tapi juga masalah sosial dan budaya. 

“Pertahun, kami bisa memblokir lebih dari 3 juta situs judol. Tapi kalau tidak ada kesadaran dari masyarakat, akan terus muncul situs-situs baru,” ungkapnya.

Ia menambahkan bahwa penanganan judol harus melibatkan semua pihak: pemerintah, masyarakat, pelaku industri, dan media. 

“Film ini, misalnya, adalah langkah awal yang bagus untuk membangun kesadaran publik. Ini bukan hanya tentang teknologi atau regulasi, tapi soal mengubah pola pikir masyarakat,” katanya.

Kolaborasi Jadi Kunci Perlawanan

Dari talk show hingga tayangan film, pesan yang disampaikan jelas: memerangi judi online tidak bisa dilakukan sendirian. Harus ada kolaborasi antara banyak pihak, dari regulator hingga platform digital, dari pelaku seni hingga masyarakat itu sendiri.

Film Agen+62 menunjukkan bahwa edukasi bisa dikemas dalam bentuk yang menarik dan relevan bagi generasi digital. Humor, aksi, dan narasi yang kuat menjadi alat yang ampuh untuk menyampaikan pesan serius dengan cara yang tidak menggurui.

Langkah yang dilakukan DANA, pemerintah, dan pelaku industri film ini adalah contoh nyata dari sinergi lintas sektor yang patut diapresiasi. Karena pada akhirnya, untuk menjaga ruang digital tetap sehat, kita semua harus jadi bagian dari solusi.