Ada Peluang di Tengah Tekanan Saham BBRI, Filosofi Lo Kheng Hong Bisa Jadi Pegangan
- Saham BBRI merosot 8,85% sepekan akibat jual asing Rp1,74 triliun. Analis melihat sinyal buy on weakness, sementara Lo Kheng Hong mengingatkan pentingnya kesabaran dan investasi jangka panjang.

Alvin Bagaskara
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tengah berada di bawah tekanan hebat. Pada perdagangan kemarin, Kamis, 2 Oktober 2025, harganya kembali terkoreksi -2,62% ke level Rp3.710. Pelemahan ini melanjutkan tren negatif di mana saham bank BUMN ini telah merosot -8,85% dalam sepekan terakhir.
Penyebab utama dari pelemahan ini adalah aksi jual dari investor asing. Hanya dalam sepekan, asing tercatat melakukan jual bersih (net sell) hingga Rp1,74 triliun. Namun, di tengah kondisi yang penuh tekanan ini, analis teknikal dan investor kawakan Lo Kheng Hong justru melihatnya sebagai sebuah peluang.
Fenomena ini menyajikan pertarungan klasik antara sentimen pasar jangka pendek melawan filosofi investasi jangka panjang. Lantas, seberapa besar potensi yang ada di balik saham yang sedang tertekan ini?
1. Tekanan di Saham BBRI: Asing Lepas Barang Rp1,74 Triliun
Tekanan jual di saham BBRI memang sangat signifikan. Kemarin saja, asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp914,51 miliar. Aksi lepas barang ini dipimpin oleh broker-broker asing kakap seperti CGS International, Macquarie, JP Morgan, dan CLSA Sekuritas.
Sentimen jual ini membuat harga saham BBRI terus melemah dan selalu ditutup di zona merah sepanjang pekan ini. Tren turun (downtrend) ini, menurut analis, masih berpotensi berlanjut dalam jangka pendek jika tekanan jual tidak mereda.
2. Sinyal Beli Jangka Pendek dari Analis MNC Sekuritas
Di tengah tren penurunan ini, analis dari MNC Sekuritas justru melihat adanya sinyal beli jangka pendek. Mereka merekomendasikan strategi "buy on weakness" untuk saham BBRI pada perdagangan hari ini, Jumat, 3 Oktober 2025.
Mereka merekomendasikan area masuk (entry price) di kisaran Rp3.660 hingga Rp3.700. Ini adalah sinyal bahwa di level harga tersebut, saham BBRI dinilai sudah murah secara teknikal dan menarik untuk diakumulasi oleh para trader.
Target harga jangka pendek pun telah dipasang. Target pertama berada di level Rp3.820, sementara target kedua di Rp3.910. Namun, trader juga diimbau untuk disiplin memasang stoploss jika harga menembus ke bawah Rp3.640.
3. Wejangan Jangka Panjang dari Lo Kheng Hong
Pandangan jangka pendek dari analis teknikal ini ternyata sejalan dengan filosofi jangka panjang dari investor legendaris Lo Kheng Hong. Menurutnya, investor tidak seharusnya panik hanya karena kinerja satu kuartal yang menurun.
Ia mengingatkan bahwa dalam berinvestasi, penting untuk melihat gambaran besarnya. “Harus kita lihat satu tahun nanti ya. Gimana kinerjanya selama setahun,” papar Pak Lo, sapaan akrabnya, dalam sebuah diskusi di Universitas Tarumangera beberapa waktu lalu.
Lebih dari itu, ia membagikan pengamatannya selama 20 tahun terakhir terhadap saham BBRI. Menurutnya, saham ini memiliki pola yang sangat konsisten. “Habis dia turun selalu dia naik lebih tinggi dari sebelumnya. Jadi kalau kita melihat kinerja satu perusahaan jangan satu kuartal saja,” pungkasnya.
4. Apa Artinya Ini Bagi Investor?
Fenomena ini adalah pelajaran investasi yang sangat berharga. Di satu sisi, ada sentimen pasar yang didorong oleh aksi jual asing. Namun di sisi lain, ada pandangan optimistis dari analis teknikal dan investor berpengalaman.
Ini adalah pertarungan antara ketakutan melawan peluang. Bagi investor yang memiliki horizon waktu jangka panjang seperti Lo Kheng Hong, pelemahan harga saat ini justru menjadi 'diskon' besar untuk bisa mengakumulasi saham blue chip di harga murah.

Alvin Bagaskara
Editor
