5 Tren AI Global 2025, Dari Agentic AI hingga Etika Kecerdasan Buatan
- Simak 5 tren utama AI global tahun 2025, mulai dari kemunculan Agentic AI, efisiensi komputasi, hingga pentingnya penerapan etika dan tanggung jawab dalam pengembangan kecerdasan buatan.

Muhammad Imam Hatami
Author


JAKARTA, TRENASIA.ID - Sepanjang abad ke 21, dunia menyaksikan percepatan luar biasa dalam perkembangan teknologi, khususnya pada bidang kecerdasan buatan (AI). Dari persaingan superpower hingga transformasi pasar kerja global, AI tidak hanya merevolusi teknologi, tetapi juga membentuk ulang geopolitik dan peta keterampilan manusia.
Sebagai negara super power, Amerika Serikat terus memimpin inovasi AI global, terutama dalam pengembangan frontier models. frontier models merupakan istilah yang merujuk pada model kecerdasan buatan (AI) paling canggih dan berkapasitas besar yang berada di "garis depan" perkembangan teknologi AI saat ini, hingga saat ini sebanyak 40 model besar diluncurkan hanya pada tahun 2024.
Dukungan investasi swasta yang mencapai US$109,1 miliar memperkuat posisi ini, dengan fokus pada riset fundamental dan penerapan agentic AI dalam produk enterprise seperti Microsoft 365 Copilot.
Sementara itu, China sebagai negara super power kedua setelah AS tidak tinggal diam. Negara tersebut secara agresif mengejar ketertinggalan kualitas model dan kini hampir menyamai AS dalam benchmark MMLU.
Baca juga : Microsoft Ungkap 40 Pekerjaan Ini Rentan Digantikan AI
China juga memimpin dalam jumlah paten dan publikasi ilmiah, didukung oleh dana semikonduktor sebesar US$47,5 miliar untuk memperkuat sektor hulu industri AI. Kawasan Timur Tengah juga menunjukkan geliat baru dalam peta AI global.
Arab Saudi meluncurkan Proyek Transcendence senilai US$100 miliar, sementara UEA membangun 35 pusat data dan meluncurkan dana investasi MGX sebesar US$100 miliar. Keduanya negara tersebut berambisi menjadi hub AI global meski masih menghadapi tantangan berupa kesenjangan talenta dan kapasitas riset.
Lima Tren Teknologi AI 2025
Dilansir TrenAsia dari laporan Technology Trends Outlook 2025 terbitan perusahaan konsultan manajemen global, McKinsey & Company mengungkap limat Tren dominan teknologi AI sepanjang 2025.
Pertama, Agentic AI menjadi arus utama dalam adopsi teknologi oleh perusahaan besar. Agentic AI merupakan bentuk kecerdasan buatan yang mampu bertindak secara otonom untuk mencapai tujuan tertentu, melalui pengambilan keputusan, perencanaan, dan pelaksanaan aksi tanpa intervensi manusia secara terus-menerus.
Aplikasi ini mampu menjalankan alur kerja kompleks secara otonom dan telah digunakan oleh 70% perusahaan Fortune 500, menandai era baru dalam otomasi berbasis AI.
Baca juga : Cek Profesi Masa Depan Si Kecil? Sekarang Bisa Lewat Teknologi AI Morinaga!
Kedua efisiensi biaya AI, biaya untuk menjalankan model AI sekelas GPT-3.5 yang sebelumnya sangat mahal kini telah turun hingga 280 kali lipat sejak tahun 2022. Hal ini terjadi berkat dua kemajuan besar, pertama, penggunaan chip khusus seperti Azure Maia yang dirancang khusus untuk AI, dan kedua, penerapan sistem pendingin cair yang membuat pusat data jadi lebih hemat energi.
Hasilnya, perusahaan bisa menjalankan AI dengan biaya lebih murah dan dampak lingkungan yang lebih kecil, sehingga AI menjadi lebih mudah diakses oleh banyak pihak, termasuk usaha kecil dan negara berkembang.
Ketiga, munculnya Small Language Models (SLMs) seperti Phi-3 dan Orca-2 membuat teknologi AI jadi lebih ringan dan hemat biaya, tapi tetap berkinerja tinggi. Karena tidak butuh komputer canggih atau listrik besar, model ini bisa digunakan oleh usaha kecil dan negara berkembang, sehingga penggunaan AI jadi lebih merata dan inklusif.
Baca juga : Microsoft Ungkap 40 Pekerjaan Ini Rentan Digantikan AI
Keempat, AI sekarang sangat membantu dalam mempercepat riset ilmiah. Bahkan, pada tahun 2024, riset tentang penggunaan AI (deep learning) untuk memodelkan struktur protein memenangkan Nobel Fisika dan Kimia, karena membantu penemuan obat dan material baru lebih cepat.
Terakhir, semakin banyak perhatian diberikan pada pentingnya AI yang bertanggung jawab. Standar baru seperti HELM Safety dan FACTS dikembangkan untuk menilai apakah AI aman, tidak bias, dan tidak membuat informasi palsu. Namun, hingga kini, baru sekitar 30% perusahaan yang benar-benar menjalankan aturan etika AI secara serius.

Muhammad Imam Hatami
Editor
