Tren Ekbis

5 Tips Mengatur Keuangan Pribadi di Era Serba Cashless

  • Di era cashless yang memudahkan bertransaksi, tanpa disadari hal tersebut membuat kita gampang boros dan tergiur oleh berbagai promo dan diskon. Pasalnya, sekali pencet pembayaran langsung berhasil.
Ilustrasi scan qr code, qris, bank digital.
Ilustrasi scan qr code, qris, bank digital. (freepik)

JAKARTA, TRENASIA.ID – Di era cashless yang memudahkan bertransaksi, tanpa disadari hal tersebut membuat kita gampang boros dan tergiur oleh berbagai promo dan diskon. Pasalnya, sekali pencet pembayaran langsung berhasil.

Mengatur keuangan pribadi di era cashless sebenarnya bukan hal yang sulit. Kamu tidak perlu pekerjaan dengan gaji lebih tinggi atau mendapatkan warisan untuk memperbaiki kondisi keuangan pribadi.

Bagi banyak orang, pengelolaan uang yang lebih baik sudah cukup untuk menekan pengeluaran, meningkatkan kemampuan menabung dan berinvestasi, serta meraih tujuan finansial yang sebelumnya terasa mustahil. Lantas, bagaimana agar kita bisa bijak mengatur keuangan pribadi di era serba cashless ini?

Cara Mengatur Keuangan Pribadi di Era Serba Cashless

Dilansir dari beberapa sumber, berikut tips mengatur keuangan pribadi di era serba cashless:

1. Buat Anggaran Bulanan yang Realistis

Gunakan kebiasaan belanja bulanan serta penghasilan bersih bulananmu sebagai dasar untuk menyusun anggaran yang benar-benar bisa dijalankan.

Tidak ada gunanya membuat anggaran yang terlalu ketat dengan perubahan drastis, misalnya melarang diri makan di luar sama sekali, padahal biasanya kamu memesan makanan antar hingga empat kali seminggu. Susunlah anggaran yang sesuai dengan gaya hidup dan pola pengeluaranmu.

Di era cashless, anggaran menjadi semakin penting karena pengeluaran sering terjadi tanpa disadari, seperti untuk belanja online atau berlangganan streaming. Pastikan anggaran tersebut tetap realistis agar benar-benar bisa tercapai. Hanya dengan cara itu pengelolaan keuangan ini akan efektif.

2. Catat Pengeluaranmu

Langkah mencatat pengeluaran sangat berkaitan erat dengan penyusunan anggaran, tanpa mengetahui ke mana uangmu pergi setiap bulan, kamu tidak akan tahu apakah sudah mengikuti anggaran atau justru melewatinya.

Banyak orang sebenarnya tidak benar-benar sadar berapa banyak yang mereka habiskan untuk kebutuhan sehari-hari, belanja, atau pengeluaran kecil lainnya setiap bulan. Mencatat pengeluaran bisa menjadi pengalaman yang membuka mata dan mengubah cara kamu mengelola uang.

Misalnya, kamu mungkin baru menyadari bahwa setiap bulan menghabiskan lebih dari Rp4,5 juta hanya untuk makan siang di hari kerja. Rasa kaget ini bisa mendorongmu mulai membawa bekal dari rumah setidaknya dua kali seminggu.

Kamu bisa menggunakan aplikasi keuangan untuk mencatat, mengelompokkan, dan menunjukkan secara detail ke mana uangmu pergi setiap bulan. Beberapa bahkan bisa memberikan peringatan atau menyarankan bagian mana yang perlu dikurangi pengeluarannya.

Jika kamu lebih nyaman, kamu juga bisa menggunakan cara tradisional dengan pena dan kertas, atau melalui lembar kerja Excel. 

3. Batasi Jumlah E-wallet dan Kartu Pembayaran

Di era serba cashless, memiliki lebih dari satu e-wallet atau kartu pembayaran adalah hal yang umum. Namun, terlalu banyak pilihan justru bisa membuat pengeluaran semakin besar, terutama karena godaan promo dan diskon.

Alhasil, orang sering berbelanja hanya demi memanfaatkan penawaran tersebut, bukan karena benar-benar butuh. Solusi terbaik adalah membatasi jumlah e-wallet atau kartu pembayaran yang digunakan sehari-hari.

Pilihlah yang paling sesuai dengan kebutuhan dan paling sering dipakai. Dengan begitu, pengelolaan saldo jadi lebih sederhana sekaligus meminimalkan risiko lupa mencatat pengeluaran di berbagai platform.

Selain itu, sebaiknya pisahkan e-wallet untuk kebutuhan rutin dengan yang khusus untuk hiburan atau gaya hidup. Cara ini membantu kamu lebih disiplin, karena setiap transaksi sudah memiliki alokasinya masing-masing.

4. Terapkan Aturan Menunda Belanja Impulsif

Belanja impulsif menjadi tantangan besar di era cashless. Hanya dengan sekali klik, barang sudah masuk keranjang dan proses checkout bisa selesai dalam hitungan detik.

Untuk menghindarinya, coba terapkan aturan menunda pembelian, misalnya menunggu 24 jam atau bahkan 3 hari sebelum benar-benar memutuskan membeli.

Dengan begitu, kamu punya waktu untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau sekadar tergoda oleh promo.

Dalam banyak kasus, keinginan membeli biasanya berkurang setelah lewat beberapa waktu, sehingga kamu bisa menghindari pengeluaran yang tidak penting.

Selain itu, tetapkan juga batas khusus untuk belanja impulsif. Contohnya, hanya memperbolehkan maksimal 5% dari penghasilan digunakan untuk pembelian spontan. Aturan ini memungkinkan kamu tetap menikmati kesenangan belanja, tetapi tetap dalam kendali.

5. Otomatisasi Tabungan dan Pembayaran

Mereka yang sukses dalam mengelola keuangan pribadi dengan rencana yang matang biasanya melakukan dua hal yaitu, tidak pernah telat membayar tagihan dan selalu menyisihkan uang untuk diri sendiri terlebih dahulu.

Hal ini bisa dilakukan dengan mudah melalui sistem otomatis, tanpa perlu dipikirkan berulang setiap bulannya.

Jika memungkinkan, atur jadwal pembayaran tagihan di muka sehingga setidaknya cicilan minimum selalu terbayar tepat waktu.

Langkah ini membantu menjaga skor kredit tetap baik. Kamu juga bisa menambahkan pengingat sebelum jatuh tempo agar dana tersedia saat penarikan otomatis dilakukan.

Selain itu, pastikan kamu “membayar diri sendiri” terlebih dahulu dengan langsung memindahkan sebagian pendapatan ke rekening tabungan setiap kali gajian.

Dengan mengotomatiskan langkah ini, kamu tidak akan merasa kehilangan uang, namun tabunganmu akan terus bertambah.