5 Ide Bisnis Ramah Lingkungan dari Desa dan Cara Memulainya
- Usaha ramah lingkungan bukan hanya soal menjaga bumi, tapi juga membuka jalan baru menuju ekonomi mandiri di desa.

Debrinata Rizky
Author


JAKARTA, TRENESIA.ID – Hidup di desa bukan berarti terbatas dalam peluang. Justru, dengan ketersediaan lahan, sumber daya alam, dan komunitas yang kuat, banyak peluang usaha bisa dijalankan secara berkelanjutan alias ramah lingkungan.
Terlebih di tengah krisis iklim dan dorongan gaya hidup sehat, produk-produk lokal yang alami dan ramah lingkungan kini makin dicari pasar. Tak hanya di kota-kota besar, tetapi juga oleh pembeli luar negeri melalui platform digital.
Berikut lima ide usaha hijau yang cocok dijalankan pemula di desa, lengkap dengan cara praktis memulainya.
1. Budidaya Sayur Organik: Panen Sehat dari Tanah Sendiri
Konsumen kini makin sadar pentingnya makanan sehat dan bebas pestisida. Pasarnya terus tumbuh, mulai dari keluarga muda, restoran sehat, hingga hotel dan pasar ekspor.
Cara memulai:
1. Mulai dari pekarangan rumah, cukup sediakan lahan 1x2 meter atau gunakan pot daur ulang.
2. Gunakan pupuk kompos dari sisa dapur atau kotoran ternak yang difermentasi.
3. Tanam sayuran cepat panen seperti bayam, kangkung, selada, atau pakcoy.
4. Pasarkan lewat grup WhatsApp RT/RW, komunitas arisan, atau ke warung sayur.
5. Tingkatkan ke sistem hidroponik jika ingin hasil lebih banyak dan bersih.
6. Belajar dari kanal YouTube petani organik, dan manfaatkan program pelatihan dari dinas pertanian atau CSR perusahaan.
2. Peternakan Ayam Kampung Ramah Lingkungan
Ayam kampung yang diberi pakan alami punya cita rasa khas dan harga jual lebih tinggi. Model usaha ini bisa dijalankan dari skala rumahan dan tetap ramah lingkungan.
Cara memulai:
1. Bangun kandang sederhana dari bambu atau kayu bekas di belakang rumah.
2. Mulai dengan 10–20 ekor anakan ayam kampung atau hasil tetasan sendiri.
3. Gunakan pakan alami: bekatul, daun pepaya, sayur busuk, atau maggot.
4. Olah kotoran ayam menjadi pupuk padat atau cair untuk dijual kembali.
5. Jual daging, telur, atau DOC (anak ayam) ke pasar lokal atau lewat medsos.
6. Gabung ke komunitas peternak di desa atau Facebook Group agar bisa belajar dan berbagi pasar.
3. Produksi Sabun Herbal dari Bahan Dapur
Banyak orang mulai meninggalkan sabun berbahan kimia dan mencari produk ramah lingkungan, terutama yang aman untuk bayi atau kulit sensitif.
Cara memulai:
1. Siapkan bahan alami: minyak kelapa, daun sirih, serai, lidah buaya.
2. Gunakan alat sederhana seperti baskom, sendok kayu, dan cetakan.
3. Pelajari teknik pembuatan sabun dari tutorial daring atau pelatihan UMKM.
4. Kemas dalam bentuk yang menarik dan berikan label produk desa.
5. Pasarkan lewat marketplace, Instagram, atau langsung ke komunitas.
6. Gunakan aroma lokal khas (seperti jeruk, sereh, atau kopi) agar sabun punya daya tarik unik.
4. Budidaya Maggot: Uang dari Sampah Organik
Maggot atau larva lalat BSF bisa mengurai sampah organik dan berubah jadi pakan bernutrisi tinggi untuk ikan dan unggas. Permintaan pasar tinggi, terutama dari peternak dan pembudidaya ikan.
Cara memulai:
1. Siapkan ember atau wadah besar sebagai tempat pemeliharaan.
2. Kumpulkan sampah organik: nasi basi, sayur busuk, buah jatuh.
3. Tebar telur lalat BSF (bisa beli dari peternak BSF atau online).
4. Setelah 14–18 hari, panen maggot untuk dijual atau dijadikan pakan.
5. Sisa pakan bisa diolah menjadi pupuk organik.
6. Gabung komunitas BSF dan ikuti pelatihan daring. Banyak yang gratis dan terbuka untuk pemula.
5. Kerajinan dari Limbah Alam: Karya Unik Bernilai Jual Tinggi
Barang-barang dari limbah alami seperti batok kelapa, pelepah pisang, bambu, atau enceng gondok kini laris sebagai dekorasi, hadiah, atau suvenir wisata.
Cara memulai:
1. Mulai dari limbah yang mudah didapat di sekitar rumah.
2. Gunakan alat sederhana: pisau, gunting, lem, dan alat ukir.
3. Pelajari desain kekinian lewat Pinterest atau YouTube.
4. Buat produk kecil seperti tempat pensil, gantungan kunci, lampu hias.
5. Jual secara online atau ikut pameran produk lokal.
6. Kolaborasi dengan pemuda desa atau PKK untuk produksi massal dan distribusi lebih luas.

Debrinata Rizky
Editor
